Takut? Emangnya uji nyali? Nggak cuma uji nyali aja yang bisa bikin orang takut, berjilbab pun ternyata masih banyak yang pada takut. Mulai dari takut dicemooh, takut nggak bisa bebas beraktivitas, takut gerah, takut sulit dapat pekerjaan hingga takut nggak dapat jodoh. Wasyah!
Padahal kalo r-pikir , jilbab adalah suatu gaya berpakaian yang lagi tren saat ini, lho. Emang sih beberapa tahun yang lalu, jarang banget kita nemuin cewek berjilbab. Tapi saat ini hampir di setiap sudut meja, eh, kota banyak muslimah yang sudah mulai sadar untuk berjilbab. Di sekolah-sekolah baik yang berbasis Islam atau pun umum, perguruan tinggi negeri dan swasta, tempat-tempat kursus hingga di pasar, mal, dan pabrik-pabrik, jilbab mulai marak. Bahkan di perkantoran yang dulunya jarang banget didapati busana muslimah ini, kini hampir di setiap kantor bisa dijumpai wanita muslimah yang berjilbab. Tuh kan, keren nggak sih?
Tapi ternyata di balik hingar-bingar cewek berjilbab, itu belum semuanya mau mengenakannya, sobat. Why? Karena banyak di antara mereka yang meskipun mengaku Islam, tapi masih juga enggan untuk berjilbab. Banyak sih alasan klise yang bakal dijadikan senjata andalan. Mulai dari pendapat yang bilang kalo jilbab tuh busana yang nggak gaul, ribet, dan bawaannya gerah mulu, hingga yang paling sering muncul nih, nggak siap. Nggak siap? Wah, macam mana pula ini?
Bahkan ada juga yang mau pake jilbab asal dengan syarat dibeliin mobil sedan keluaran terbaru. Walah! Eh…tapi ini beneran ada lho.
Tapi jangan salah, kita kudu bersyukur juga, karena ternyata masih ada sodara kita yang sudah niat hati sih pingin berjilbab tapi apa daya nggak boleh sama ortu. Dengan alasan kayak anak udik-lah, entar sulit dapat kerjaan-lah, lama dapat jodohnya de el el. Ortu punya kuasa untuk melarang anaknya berjilbab. Gimana nggak, kalo larangan itu disertai ancaman bakal distop uang SPP dan uang saku, bahkan mungkin juga distop nggak boleh aktif di rohis (tempat dia sadar tentang wajibnya jilbab). Lalu gimana dong cara untuk meyakinkan ortu agar dibolehin pake jilbab?
Jalin komunikasi yang baik
Kalo ortumu adalah orang awam yang belum ngeh terhadap ajaran Islam, jangan ngambek dulu ketika ortu ngelarangmu untuk berjilbab. Namanya juga belum tahu Neng.
Nah, kalo persoalannya karena ortumu belum ngeh dengan Islam, maka seperti kata pepatah, tak kenal maka ta'aruf alias kenalan dulu. Kenali Islam dan aturannya. Tugas kamulah menyampaikan ini dan itu tentang ajaran Islam, khususnya tentang jilbab kepada ortumu. Siap kan? Harus dong ya.
Sebab, kamu udah diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan di sekolah dan mendapat berbagai ilmu, termasuk tentang wajibnya jilbab. Itu sebabnya, saatnya kamu yang memahamkan ortu tentang masalah ini. Jangan karena nggak boleh berjilbab, terus kamu antipati sama ortu dan dendam lagi. Nggak baik itu, Non.
, begitu seringnya anggapan mereka terhadap jilbab. Sobat muda muslim, ortu melarang pasti ada alasannya dong. Nggak ujug-ujug marah bin nepsong begitu. Jadi, komunikasikan dulu sama ortu. Bila perlu, dan kayaknya sih perlu banget, tanyakan alasan beliau ngelarang kamu berjilbab. Hehehe.. sekadar kamu tahu aja dan coba nyocokkin dengan fakta di lapangan, biasanya sih alasan ortu melarang kita-kita berjilbab yang paling sering muncul adalah ketakutan. Takut kalo kamu sebagai anak perempuannya nanti sulit dapat kerjaan. Pikir mereka, udah disekolahkan mahal-mahal cuma mau jadi
Ketakutan yang kedua, khawatir anaknya sulit dapat jodoh karena terhalang oleh jilbabnya. Ketiga, ortu malu punya anak berjilbab karena kebetulan pengalaman ortumu nemuin anak berjilbab tuh malu-maluin. Duileee.. sampe segitunya ya? Hehehe
Kalo alasan pelarangan jilbab sudah diketahui kayak gini, sekarang kewajiban kamu untuk memahamkan ortumu. Bisa dicoba dengan ngejelasin tentang konsep rizki berkaitan dengan pekerjaan, atau pun jodoh yang memang itu semuanya tak ada kaitannya dengan berjilbab or nggaknya seseorang. Sebab, banyak juga tuh mereka yang nggak berjilbab dan berpakaian mini yang keluar masuk kantor melamar kerjaan tapi nggak dapat-dapat (kasihan banget kan?). Sebaliknya banyak juga tuh yang berjilbab karena kemampuan dan prestasinya malah bisa jadi dosen, guru, dokter, insiyur, wartawan, penulis, ahli kimia dll. Jadi, tulalit banget kalo ngata-ngatain bahwa jilbab penghambat dapat kerjaan.
Begitu juga dengan jodoh. Berapa banyak wanita-wanita seksi yang masih melajang di usia tua padahal mereka tidak berjilbab. Sebaliknya banyak juga muslimah berjilbab yang masih muda usia justru udah mendapatkan jodoh karena ketaatannya pada hukum Allah. Tolong yakinkan ortumu dengan janji Allah bahwa wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, begitu sebaliknya. Sehingga tak ada alasan lagi bagi ortumu untuk melarang berjilbab bila mereka sudah paham. Oya, jelaskan juga bahwa jilbab adalah kewajiban bagi wanita muslimah yang nilainya seperti wajibnya sholat. Catet itu. Bila perlu ditebelin dan digaris bawah biar inget.
Kalo ada yang reseh?
, atau bahkan yang parah adalah mengucilkan kamu dari pergaulan. Terus gimana dong? Mau berbuat baik itu memang nggak mudah, sobat. Pasti ada aja suara-suara miring ketika kamu pertama kali berjilbab. Ada yang nganggep kamu sok alim, nggak modern, primitif, iseng manggil dengan gelar
Kalo persoalannya mereka yang reseh, berarti masih ada celah untuk menasihati, maka jangan ragu untuk ngasih nasihat kepada mereka. Katakan bahwa dengan berjilbab, akan memperjelas posisi seorang wanita. Kamu bisa jelasin bahwa dengan berjilbab, seorang cewek tuh nggak hanya dinilai dari fisiknya semata (emang pelajaran olahraga pake acara penilaian fisik?), tapi cewek tuh juga punya kemampuan lain yang lebih layak dinilai. Kemampuan otaknya, prestasi belajarnya, keahlian di bidang yang ditekuninya, dan keterampilan dalam bidang yang lain juga yang nggak melulu cuma pamer fisik. Selain tentunya memiliki akhlak yang baik juga dong. Oya, kamu bisa membe-rikan penekanan khusus bahwa berjilbab adalah kewajiban bagi semua cewek yang mengaku muslimah dan mukminah. Itu sebabnya, berdosa bagi yang nggak mau melaksanakan kewajiban menutup aurat ini.
Sobat muda muslim, kalo ada teman kamu yang nyindir ketika kamu pake jilbab dengan nyebutin kuno dan primitif, kamu bisa bilang ke doi. “Emangnya ada jaman primitif pake baju menutup aurat dan lengkap seperti jilbab? Wong jaman itu belum ditemukan kain, boro-boro menutup aurat.” Betul nggak seh?
Sebaliknya, jelaskan bahwa mereka yang nggak berjilbab dan menutup aurat itulah yang layak mendapat sebutan masih primitif. Gubrak!
Why? Karena banyak cewek yang pake baju yang kurang kain or pake baju adeknya yang masih SD. Gimana nggak, kalo bajunya ukuran kecil kan auratnya jadi bebas terlihat sama siapa pun. Mungkin ada teman kamu yang kemudian beralasan, “ini kan modern”
tetep aja primitif, tul nggak? Nah, inilah alasan yang dibuat-buat. Karena sejatinya ini soal sudut pandang aja. Mungkin bisa dibilang perbedaannya hanyalah karena keprimitifan itu dibungkus dengan slogan yang bernama modern. Padahal intinya
. Yang penting tuh apa dan gimana hukum Islam memberi aturan dalam segala hal, khususnya berbusana. Kalo kamu pusing dan selalu dengerin orang lain tentang keputusanmu berjilbab, kamu nggak bakalan bisa maju. Yakin deh. Jurus terakhir, yah…cuekkin aja lagi. Kalo dalam hal kebaikan kayak gini, EGP aja,
Terus kamunya sendiri juga harus yang bener ketika memutuskan berjilbab. Masa' berjilbab bin menutup aurat tapi kayak lontong. Itu tuh, yang tertutup tapi semua lekuk tubuhmu keliatan, ya percuma tak bergun, alias percuma tak berguna Neng. Jangan sampe pake jilbab tapi gak ngerti definisi dan nggak paham yang sesuai syariat itu kayak apa.
Jilbab sesuai syari'at
Kalo dikembalikan lagi ke yang punya bahasa, dalam hal ini bahasa Arab, jilbab adalah kain longgar dan panjang yang menjulur hing-ga menutup kaki. Bentuknya seperti lorong dan tidak ada potongan di tengahnya, dan menutupi pakaian yang biasa kamu pake sehari-hari di rumah. Wah…nggak modis dong! Modis atau nggaknya tergantung kamu memodifikasinya. Kalo kamu gaul, banyak banget model jilbab yang oke tapi tetep syar'i. Pokoknya inti berjilbab (yakni mengenakan pakaian yang tebel dan longgar, serta panjang sampe menutupi mata kaki) tetep nggak boleh ditinggalkan.
Lho bukannya jilbab itu kain yang sering digunakan untuk menutup rambut? Walah, kamu ternyata kuper en kupeng juga ya? Itu mah namanya khimar, Sayang. Kalo bahasa Indonesianya sih kerudung. Coba kamu buka QS an-Nur: 31. Allah Swt. berfirman:
atau kerudung ini juga bukan hanya menutup kepala aja, tapi harus sempurna menutup telinga, leher hingga menjulur menutup dada. Jadi nggak ada yang namanya kerudung gaul dengan mengikatkan ujung-ujungnya di belakang leher dan tidak menjulur sampe ke dada. Kalo dada masih belum tertutup, memang disebut berkerudung, tapi itu belum sempurna. Kamu perlu ngeh dong, bahwa busana muslimah itu adalah jilbab dan juga kerudung. Dipake bersamaan kalo keluar rumah or di rumah tapi ada pria asing yang bukan mahram kamu. Oke? Nah,
Jaim dong!
Yup, kamu harus jaga imej, alias omongan dan perbuatan kamu kudu mencerminkan jati diri seorang muslimah. Kamu yang dulunya suka ngomong ceplas-ceplos tanpa peduli perasaan orang lain, sekarang kudu dipikir dan ditata dulu. Kamu yang dulunya suka ketawa ngakak, sekarang mulai belajar untuk lebih sopan. Kamu yang hobi pulang sekolah boncengan sama cowok, yang suka ngerumpi, yang suka jalan-jalan di mal sekadar cuci mata, en so on, maka itu semua kudu dibenahi. Ma-lu dong, berjilbab tapi tetep norak. Bukan kamu aja Non yang bakal kena getahnya dengan sikap-sikap negatif di atas, tapi nama besar jilbab dan Islam bisa ternoda (cie…Rinso ‘kali).
Berubah memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi juga bukan sesuatu yang mustahil untuk dilaksanakan. Ketika kamu memutuskan untuk berjilbab, pastikan itu semua karena kesadaran dan bukan hanya ikut-ikutan tren dan mode. Kalo hanya sekadar asal ngikut, kena cobaan dikit aja udah lepas tuh jilbab dari tubuhmu. Balik lagi deh jadi cemet alias cewek metal.
Iman itu kan bisa naik bisa turun, karena itu kamu kudu cari lingkungan yang mendukung keputusan kamu berjilbab. Apalagi di masa awal yang rentan banget sama godaan. Gabung deh ama temen yang udah baik-baik. Ibaratnya kamu temenan ama orang yang jualan minyak wangi, kamu akan ketularan wanginya. Kalo kamu berteman dengan orang yang baik, maka kamu akan ikutan baik. Pokoknya, akan ada orang yang mengingatkan kamu dalam ketakwaan.
Apalagi kalo keputusanmu berjilbab diiringi rajin ngaji. Wuih…ditanggung te o pe be ge te, alias top banget. Kamu yang semula merasa nggak siap jadi terdorong untuk segera mengenakan jilbab sesegera mungkin. Cobaan dan rintangan nggak akan menyurutkan keputusanmu tapi semakin mengokohkannya. Ibarat pohon yang akarnya kuat, angin topan sedahsyat apa pun nggak bakal bikin kamu jatuh. Oke deh, semakin mantap untuk berjilbab kan? So, berjilbab? Siapa takut!